Asal Usul Desa Jamblang Cirebon

Asal Usul Desa Jamblang Cirebon

Asal Usul Nasi Jamblang Khas Cirebon

Kota Cirebon dikenal dengan keberagaman kuliner khasnya yang menjadi daya tarik bagi para pengunjung. Salah satu hidangan yang patut dicoba adalah Sega Jamblang atau yang lebih dikenal sebagai nasi Jamblang. Kuliner ini dapat ditemukan di sepanjang jalan Pantura Cirebon, bahkan hingga di pusat Kota Cirebon, baik dalam bentuk restoran maupun tenda di pinggir jalan. Ciri khas dari kuliner tradisional ini terletak pada penggunaan daun jati untuk membungkus nasi, memberikan tekstur nasi yang lezat. Satu porsi nasi biasanya setara dengan satu kepal tangan, dan ukurannya yang kecil membuat pengalaman makan menjadi lebih unik. Untuk menikmatinya, biasanya setidaknya dua bungkus nasi diperlukan, sementara aneka lauk disajikan secara prasmanan.

Nasi jamblang merupakan kuliner khas dari Cirebon, Jawa Barat. Jamblang merupakan nama salah satu kecamatan di Kabupaten Cirebon.

Dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dijelaskan jika nasi jamblang sejatinya tak jauh berbeda dengan nasi pada umumnya. Perbedaan yang mencolok adalah nasi khas Cirebon ini dibungkus dengan daun jati.

Penyajian nasi jamblang ini menggunakan prasmanan. Pengunjung bisa memilih langsung lauknya. Semua warung makan nasi jamblang begitu.Menu yang tersedia, antara lain sambal goreng, tahu sayur, paru-paru, semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar, telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu, dan tempe.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nasi jamblang sudah ada sejak era kolonial Belanda. Awal mula sejarahnya, Belanda membangun tiga pabrik di kawasan Cirebon. Pabrik gula di wilayah Gempol Palimanan dan Plumbon, serta Pabrik Spirtus di Palimanan.

Berdirinya pabrik-pabrik tersebut banyak menyerap tenaga kerja dari wilayah sekitar dan wilayah lainnya. Para buruh yang rumahnya jauh seperti dari Sindangjaya, Cisaat, Cimara, Cidahu, Cinaru, Bobos, dan Lokong harus berangkat di pagi buta dengan berjalan kaki.

Para buruh tersebut kesulitan mencari makan untuk sarapan karena pada saat itu belum berdiri warung-warung nasi. Masyarakat zaman dulu menganggap menjual nasi merupakan suatu hal yang dilarang atau pamali. Ini dapat dimaklumi karena peredaran uang kala itu masih sedikit.

Karena iba, seorang pengusaha pribumi asal Jamblang, H. Abdul Latief meminta istrinya Tan Piauw Lun atau akrab disapa Nyonya Pulung untuk menyediakan sedekah makanan berupa nasi dan lauk pauk secukupnya. Nasi itu dibungkus daun jati dan diberikan kepada buruh pabrik.

Berita pemberian sedekah dari Nyonya Pulung rupanya menyebar dengan cepat. Permintaan sarapan bagi buruh pun semakin bertambah banyak. Para buruh menyadari apa yang mereka makan merupakan sesuatu yang harus dibeli. Untuk mengganti apa yang dimakan, para buruh bersepakat memberikan uang alakadarnya kepada Nyonya Pulung.

Kegiatan itu menjadi cikal bakal usaha warung nasi jamblang Nyonya Pulung. Pada saat itu, lauk pauk nasi jamblang yang diperuntukkan bagi para buruh hanya ada tujuh macam, yakni dendeng laos, kebuk goreng (paru), sambel goreng, tempe goreng, tahu goreng, sayur tahu, dan ikan asin panjelan (cucut).

Saat ini warung Jamblang nyonya Pulung berganti nama menjadi Nasi Jamblang Tulen. Kini bisnis turun temurun ini tetap dikelola dan berdiri dengan kesederhanaan dari generasi ke generasi dan menyebar ke seluruh Kota Kabupaten Cirebon.

Daun jati dipilih oleh Nyonya Pulung sebagai pembungkus nasi jamblang karena daun jati bertekstur kasar dan tidak mudah sobek. Tekstur itu membuat nasi yang sudah dibungkus tidak akan cepat basi walaupun terbungkus dalam waktu yang cukup lama.

Selain itu, para pekerja yang berasal dari wilayah Selatan Cirebon seperti Sindangjaya dan Cisaat menjadikan daun jati ini sebagai pelindung kepala di saat panas terik.Daun jati juga digunakan sebagai pembungkus tempe di beberapa daerah.

Daun jati yang digunakan sebagai pembungkus nasi jamblang atau tempe itu miliki banyak manfaat untuk kesehatan kita. Di dalamnya mengandung senyawa kimia, seperti quercetin, saponin, dan tanin yang mampu menurunkan kolesterol dalam tubuh. Selain itu, saponin sangat baik untuk menjaga tekanan darah agar tidak tinggi atau hipertensi.

Berbagai jenis serangga hama jati juga sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan orang desa. Dua jenis serangga di antaranya adalah belalang jati yang besar berwarna kecoklatan dan ulat jati. Ulat jati bahkan kerap dianggap makanan istimewa karena lezatnya. Ulat ini dikumpulkan menjelang musim hujan. Biasanya warga mengumpulkannya di pagi hari, ketika ulat-ulat itu bergelantungan turun dari pohon saat mencari tempat untuk membentuk kepompong. Kepompong ulat jati pun turut dikumpulkan dan dimakan.

TEMPO.CO, Jakarta - Kota Cirebon kaya akan kuliner yang khas bagi pengunjungnya. Salah satu yang wajib dicoba adalah Sega jamblang atau nasi Jamblang. Hidangan ini banyak dijajakan sepanjang jalan Pantura Cirebon, sampai masuk Kota Cirebon. Baik yang berbentuk restoran atau tenda di pinggir jalan.

Yang khas dari kuliner tradisional ini, nasinya dibungkus daun jati. Nasi pun jadi pulen. Satu porsi nasi umumnya satu kepal tangan. Ukurannya kecil, sehingga sekali makan minimal dua bungkus nasi. Sedangkan aneka lauk disajikan secara prasmanan.

Sejarah Nasi Jamblang

Nama jamblang uniknya tidak ada kaitan dengan buah jamblang. Melansir dari PergiKuliner, namanya diambil dari nama daerah asal pertama sang penjual.

Nasi Jamblang merupakan makanan khas dari Cirebon, Jawa Barat. Dibungkus dengan daun jati membuatnya berbeda dengan nasi campur lainnya.

Awalnya, nasi jamblang diperuntukkan untuk para buruh dan pekerja paksa pada zaman penjajahan Belanda yang sedang membangun Jalan Raya Pos dari Anyer ke arah Panarukan melewati wilayah Cirebon.

Buruh yang bekerja semakin banyak sehingga varian lauk nasi jamblang diperbanyak supaya para pekerja bisa lebih puas menyantap makanannya.

Meski lauk pauk yang bisa dipilih banyak, tapi harga jualnya terbilang sangat murah, karena pada dasarnya nasi jamblang ini diperuntukkan untuk buruh sehingga harganya dibuat lebih murah.

Daun jati digunakan supaya nasi dan lauk pauknya tidak mudah basi. Berbeda dengan daun pisang, daun jati memiliki rongga pori-pori sehingga bisa membuat nasi tetap pulen dan tahan lama.

Nasi jamblang biasanya disajikan dengan berbagai pilihan lauk pauk seperti cumi hitam, sate telur puyuh, dendeng sapi bumbu laos, semur ikan, sambal goreng telur, perkedel kentang, semur hati, ikan asin, dan lainnya.

Walaupun nasi jamblang merupakan makanan rakyat, tapi cita rasanya sangat mewah. Daun jati menciptakan aroma tersendiri yang membuat nasi jamblang jadi lebih lezat.

Pilihan Editor: Nasi Lengko, Diaduk Atau Tidak Sama Lezatnya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nasi jamblang adalah makanan khas Cirebon berupa nasi dibungkus daun jati, disajikan secara prasmanan dengan beragam lauk pauk.

Soal kelezatan, sepertinya tidak diragukan lagi, nasi yang dibungkus daun jati ini sudah menjadi rujukan kuliner bila wisatawan berkunjung ke Cirebon.

Nasi jamblang, makanan khas dari daerah Cirebon, Jawa Barat, adalah hidangan yang memikat dengan cita rasa dan tradisi yang kaya.

Namun dari semua itu, sangat sedikit warga Cirebon yang mengetahui bahwa ternyata nasi jamblang ini diciptakan oleh seorang keturunan China, lho.

Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai nasi jamblang di bawah ini!

Baca Juga: 8 Makanan Khas Papua yang Unik dan Lezat, Coba Yuk, Moms!

Sejarah dan Asal Usul Nasi Jamblang: Kuliner Khas Cirebon yang Wajib Anda Cicipi!

Senin, 16 Desember 2024 - 00:30 WIB

Cirebon,  WISATA - Siapa yang tidak kenal dengan nasi jamblang? Makanan khas Cirebon ini memiliki sejarah panjang yang menarik dan cita rasa yang memikat. Nasi Jamblang telah menjadi ikon kuliner yang dikenal luas, tidak hanya di Cirebon, tetapi juga di berbagai daerah lainnya. Tidak hanya sekadar makanan, nasi jamblang adalah bagian dari sejarah dan budaya Cirebon yang patut untuk dikenang. Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih dalam mengenai asal usul, sejarah, hingga pengalaman menikmati nasi jamblang di salah satu tempat terbaik di Cirebon, yaitu Nasi Jamblang Ibu Nur.

Asal Usul Nasi Jamblang: Dari Masa Penjajahan ke Meja Makan Modern

Nama “Jamblang” pada kuliner ini berasal dari sebuah desa di Cirebon yang juga dikenal dengan nama yang sama, yaitu Desa Jamblang. Pada masa penjajahan Belanda, nasi jamblang pertama kali disajikan sebagai makanan bagi para pekerja paksa. Makanan ini menjadi solusi bagi mereka yang bekerja keras di bawah pengawasan ketat kolonial. Dengan menggunakan daun jati sebagai pembungkus, nasi jamblang memiliki aroma khas yang terjaga dan memberikan rasa segar. Pembungkus daun jati juga digunakan sebagai alat untuk menyajikan makanan secara praktis, yang memudahkan para pekerja untuk membawa nasi ini ke tempat kerja mereka.

Sejarah Nasi Jamblang

Foto: Nasi Jamblang (Pinterest.com)

Seperti halnya makanan khas Cirebon lainnya, nasi jamblang juga memiliki unsur sejarah yang mengakar di hati penduduk setempat.

Nasi jamblang sudah ada sejak era kolonial Belanda.

Awal mula sejarahnya, Belanda membangun tiga pabrik di kawasan Cirebon.

Pabrik gula di wilayah Gempol Palimanan dan Plumbon, serta Pabrik Spirtus di Palimanan.

Berdirinya pabrik-pabrik tersebut banyak menyerap tenaga kerja dari wilayah sekitar dan wilayah lainnya.

Para buruh yang rumahnya jauh seperti dari Sindangjaya, Cisaat, Cimara, Cidahu, Cinaru, Bobos, dan Lokong harus berangkat di pagi buta dengan berjalan kaki.

Para buruh tersebut kesulitan mencari makan untuk sarapan karena pada saat itu belum berdiri warung-warung nasi.

Masyarakat zaman dulu menganggap menjual nasi merupakan suatu hal yang dilarang atau pamali.

Ini dapat dimaklumi karena peredaran uang kala itu masih sedikit.

Karena iba, seorang pengusaha pribumi asal Jamblang, H. Abdul Latief meminta istrinya Tan Piauw Lun atau akrab disapa Nyonya Pulung untuk menyediakan sedekah makanan berupa nasi dan lauk pauk secukupnya.

Nasi itu dibungkus daun jati dan diberikan kepada buruh pabrik.

Berita pemberian sedekah dari Nyonya Pulung rupanya menyebar dengan cepat.

Permintaan sarapan bagi buruh pun semakin bertambah banyak.

Para buruh menyadari apa yang mereka makan merupakan sesuatu yang harus dibeli.

Untuk mengganti apa yang dimakan, para buruh bersepakat memberikan uang alakadarnya kepada Nyonya Pulung.

Kegiatan itu menjadi cikal bakal usaha warung nasi jamblang Nyonya Pulung.

Pada saat itu, lauk pauk nasi jamblang yang diperuntukkan bagi para buruh hanya ada tujuh macam, yaitu:

Saat ini warung Jamblang nyonya Pulung berganti nama menjadi Nasi Jamblang Tulen.

Kini bisnis turun temurun ini tetap dikelola dan berdiri dengan kesederhanaan dari generasi ke generasi dan menyebar ke seluruh Kota Kabupaten Cirebon.

Baca Juga: 15 Makanan Khas NTT, Ada Catemak Jagung hingga Sei Sapi

Nasi Jamblang Ibu Nur Cirebon

Pada masa itu, nasi jamblang tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi bagi pekerja paksa, tetapi juga sebagai simbol ketahanan dan kesederhanaan. Daun jati yang digunakan dalam pembungkusannya memberikan sentuhan tradisional yang kuat, yang masih terasa hingga kini. Dari waktu ke waktu, nasi jamblang berkembang menjadi makanan yang banyak dicari oleh masyarakat umum, baik di Cirebon maupun di luar kota.

Seiring berjalannya waktu, nasi jamblang mulai mendapatkan popularitas yang luar biasa. Kini, makanan ini dapat ditemukan dengan mudah di berbagai rumah makan, restoran, bahkan warung makan di Cirebon. Selain itu, nasi jamblang juga telah bertransformasi dengan beragam pilihan lauk dan sambal yang semakin memperkaya cita rasanya.

Lokasi dan Suasana di Nasi Jamblang Ibu Nur

Salah satu tempat makan nasi jamblang yang cukup terkenal di Cirebon adalah Nasi Jamblang Ibu Nur. Terletak di Jalan Cangkring II No. 45, Cirebon, restoran ini menjadi salah satu destinasi kuliner yang wajib dikunjungi bagi para pencinta makanan tradisional. Lokasi yang strategis dan mudah diakses menjadikannya tempat yang ramai pengunjung, terutama saat jam makan siang dan malam.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jamblang adalah salah satu desa di kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

luas wilayah desa Jamblang 133,8 Hektar

Jamblang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.

Secara geografis Kecamatan Jamblang terletak di bagian utara Kabupaten Cirebon yaitu antara 108.447956 - 108.49356 Bujur Timur, dan antara 6.708326 - 6.634670 Lintang Selatan.

Secara geografis, Kecamatan Jamblang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut.

Di Balik Penggunaan Daun Jati

Foto: Nasi Jamblang (Istockphoto.com)

Daun jati dipilih oleh Nyonya Pulung sebagai pembungkus nasi jamblang karena daun jati bertekstur kasar dan tidak mudah sobek.

Tekstur itu membuat nasi yang sudah dibungkus tidak akan cepat basi walaupun terbungkus dalam waktu yang cukup lama.

Selain itu, para pekerja yang berasal dari wilayah Selatan Cirebon seperti Sindangjaya dan Cisaat menjadikan daun jati ini sebagai pelindung kepala di saat panas terik.

Daun jati juga digunakan sebagai pembungkus tempe di beberapa daerah.

Daun jati yang digunakan sebagai pembungkus nasi jamblang atau tempe itu miliki banyak manfaat...

Anda mungkin ingin melihat